Dulu pada masa kerajaan terdapat dua sahabat yang sudah berteman sejak kecil. Mereka berdua sudah seperti saudara. Salah satu anak itu bernama Dayat. Dia anak pemberani, teguh dan pantang menyerah, namun sayang dia sering bersikap ceroboh dan tidak pernah berpikir dua kali dalam melakukan sesuatu. Dia juga tak peduli hal yang dilakukannya benar atau salah. Yang dia pikirkan adalah keuntungan yang ia dapat. Sahabat dari Dayat adalah Bira. Bira memiliki sifat yang berlawanan dengan Dayat. Bira cukup penakut dan sering ragu-ragu dengan semua hal yang dijalaninya. Namun dibalik semua itu dia adalah anak yang pandai dan selalu berpikir jauh kedepan sebelum melakukan sesuatu. Mereka berdua sudah tidak memiliki keluarga. Keluarga mereka tewas dalam peperangan yang terjadi saat mereka masih bayi. Mereka dapat selamat karena setiap bayi yang ada selalu dilindungi di suatu tempat yang tak diketahui musuh. Selama 15 tahun mereka hanya hidup berandalkan uang yang didapat dari pekerjaan serabutan yg mereka lakukan. Kadang mereka membantu orang berkebun, merawat kuda, memberi makan pada hewan ternak dan bermacam-macam pekerjaan lain.
Setelah 10 tahun berlalu, peperangan kembali timbul antara kerajaan yang mereka diami dengan musuh bebuyutan kerajaan mereka. Kedua sahabat itu mendaftarkan diri untuk menjadi prajurit dan ikut berperang membela kerajaan mereka. Mereka berdua diterima menjadi prajurit dan menjadi satu dari 500 prajurit yang mendapat posisi dibawah pimpinan seorang jenderal yang bernama jenderal Wijaksana. Jenderal itu terlihat sangat gagah, kuat dan bijaksana sesuai dengan namanya. Kedua sahabat tadi sangat mengagumi jenderal Wijaksana dan mengadakan perjanjian untuk menjadi jenderal kelak.
Setelah mendapat berbagai serangan, kini saatnya untuk mengadakan serangan balik. Pasukan jenderal Wijaksana yang mendapat tugas ini. Seluruh prajurit bersiap-siap untuk menjalani tugas pertama mereka. Sebelum berangkat untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan, sang jenderal berpidato sedikit untuk membangkitkan semangat prajurit-prajuritnya. Seluruh prajurit di pasukan jenderal Wijaksana memang terlihat gugup dan pucat karena mereka baru pertama kali mengikuti perang dan tidak terlalu ahli dalam bermain pedang. Namun ada satu prajurit yang tidak terlihat gugup meski ia tak begitu ahli dalam memainkan senjatanya, prajurit itu adalah Dayat. Dayat juga menenangkan hati sahabatnya, Bira, untuk tidak takut dengan resiko yang akan diadapi. Jenderal Wijaksana pun menaruh perhatian lebih padanya, berharap Dayat dapat menjadi jenderal selanjutnya yang pemberani.
Pasukan ini pun akhirnya berangkat menuju garis depan untuk melaksanakan tugas. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh untuk sampai ke wilayah musuh, mereka dihadang musuh yang akan menyerang kembali kerajaan mereka. Jumlah prajurit dari musuh itu jauh lebih banyak dari pasukan jenderal Wijaksana. Namun jenderal mengatakan kepada pasukannya untuk tidak takut dan meyakinkan mereka bahwa mereka pasti dapat meraih kemenangan.
Kemudian setelah kedua kubu membuat rencana dan mengatur posisi masing-masing, terompet dan genderang perang mulai berbunyi menandakan pertempuran telah terjadi. Pasukan yang dipimpin jenderal Wijaksana bertempur dengan gagah berani. Terutama Dayat. Dia maju dan menghabisi lawan yang ada di hadapannya tanpa ampun. Melihat hal yang dilakukan sahabatnya Bira menjadi sosok yang pemberani dan tak lagi penakut. Kini dia telah mantap menapakkan kakinya untuk maju memberantas musuh yang menghadangnya.
Namun setelah pertempuran terjadi cukup lama pasukan jenderal Wijaksana kehilangan banyak prajurit dan tak punya pilihan selain mundur untuk sementara. Akhirnya seluruh pasukan jenderal Wijaksana telah berkumpul untuk menata kembali strategi dengan hanya 189 prajurit yang tersisa. Dayat dan Bira termasuk salah satu dari 189 prajurit yang tersisa itu. Lalu jenderal Wijaksana mengutus satu dari prajurit untuk kembali ke kerajaan dan meminta bantuan. Kemudian mereka semua memanfaatkan waktu yang ada untuk beristirahat.
Dilain pihak prajurit-prajurit musuh masih tersisa cukup banyak. Namun ada beberapa prajurit yang melapor kepada jenderal mereka tentang keberanian satu prajurit musuh mereka. Mereka melihat identitas yang ada pada badannya dan diketahui bahwa namanya Dayat. Jenderal musuh kemudian mengutus salah satu penyusup-nya untuk menemui Dayat dan mengajaknya bergabung dengannya. Penyusup itu pun berangkat dan berhasil menyusup ke perkemahan tempat jenderal Wijaksana berisitirahat. Kemudian ia mencari keberadaan Dayat. Setelah menemukannya Dayat hampir membunuh penyusup itu. Namun penyusup tadi mencegahnya dengan memberi Dayat iming-iming harta yang melimpah jika ia bergabung dengan kerajaan musuhnya sekarang. Dayat kebingungan. Ia sesekali melirik Bira untuk memikirkan masa lalu mereka yang selalu bersama. Namun misikin. Dayat kemudian menyetujui ajakan dari penyusup itu. Penyusup tadi menyampaikan seluruh perintah dari jenderal mereka. Dayat harus membocorkan rencana pasukan jenderal Wijaksana dan mendapat tugas untuk membunuh jenderal Wijaksana. Dayat menyanggupinya dan penyusup tadi kembali ke perkemahannya untuk melaporkan keberhasilannya.
Keesokan harinya kedua pasukan kembali bersiap-siap untuk melanjutkan perang. Namun pasukan bantuan yang diminta olh jenderal Wijaksana masih belum datang juga. Hal ini menyebabkan banyak dari pasukan jenderal wijaksana yang gugup dengan pertempuran kali ini. Tapi jenderal wijaksana tetap melanjutkan pertempuran tanpa rasa takut apapun dan memulai pertempuran. Dengan kebocoran rencana di pihaknya jenderal Wijaksana mulai kehilangan banyak prajuritnya hinga hanya tersisa 5 yaitu sang jenderal, Dayat, Bira dan 2 prajurit lain. Sang jenderal telah terluka cukup parah sehingga memutuskan untuk kembali ke istana. Cukup sulit untuk membantu jenderal kembali dengan dikejar-kejar musuh sehingga 2 prajurit yang lain tadi memutuskan untuk menghadang musuh dan memberi kesempatan bagi jenderal, Dayat dan Bira untuk kabur. Sehingga hanya menyisakan orang tersebut. Musuh mulai berhenti mengejar karena telah mengerti dengan rencana Dayat.
Di tengah jalan pulang Dayat berhenti dan memukul Bira hingga pingsan. Kemudian Dayat mulai menghunuskan pedang ke leher sang jenderal. Jenderal Wijaksana sangat kecewa dengan pengakuan Dayat bahwa ia telah bergabung dengan musuh. Tanpa mengabiskan banyak waktu Dayat akhirnya membunuh jenderal. Namun saat Dayat membunuh Bira sudah sadar dan mengetahui semuanya. Mereka pun bertengkar dan akhirnya berduel karena adanya perbedaan pendapat.
Dari duel tersebut Bira dapat melumpuhkan Dayat namun tidak sampai membunuhnya. Selang beberapa saat pasukan bantuan dari istana baru datang dan menemukan jenderal Wijaksana yang sudah tak bernyawa. Mereka menanyakan semuanya kepada Dayat dan Bira. Akhirnya semua perbuatan Dayat terungkap. Dayat kembali ke istana dan mendapat hukuman mati. Sedangkan Bira diangkat menjadi jenderal yang baru di kerajaan itu.sementara itu Dayat diber hukuman mati. Sedangkan Bira diangkat menjadi jenderal yang baru di kerajaan itu..
0 komentar:
Posting Komentar